Minggu, 25 Juli 2010

Suluk Wujil (Pesan Kanjeng Sunan Bonang)

Jangan terlalu jauh mencari keindahan
Keindahan ada dalam diri
Malah jagat raya terbentang dalam diri
Jadikan dirimu Cinta
Supaya dapat kau melihat dunia (dengan jernih)
Pusatkan pikiran, heningkan cipta
Siang malam, waspadalah!
Segala yang terjadi di sekitarmu
Adalah akibat perbuatanmu juga
Kerusakan dunia ini timbul, Wujil!
Karena perbuatanmu
Kau harus mengenal yang tidak dapat binasa
Melalui pengetahuan tentang Yang Sempurna
Yang langgeng tidak lapuk
Pengetahuan ini akan membawamu menuju keluasan
Sehingga pada akhirnya mencapai TuhanSebab itu, Wujil! Kenali dirimu
Hawa nafsumu akan terlena
Apabila kau menyangkalnya
Mereka yang mengenal diri
Nafsunya terkendali
Kelemahan dirinya akan tampak
Dan dapat memperbaikinya

Kadangkala kita tidak melihat atau menyadari luasnya potensi didalam diri sendiri, dalam sastra China, Alam semesta disebut sebagai “Macro Universe” dan manusia disebut sebagai “Micro Universe” alias apa saja yang ada di alam semesta ada pula ditubuh manusia; tanah, air, angin, api, langit, bintang dll. Demikian pula dengan potensi seseorang yang kadang minder atau merasa kalah bakat dengan orang lain, sebenarnya didalam dirinya terdapat bakat-bakat atau kemampuan yang sudah diberikan oleh Yang Maha Pencipta. Hanya perlu di “explore” ibarat explorasi di angkasa luar mencari temuan atau ilmu baru demikian pula dengan “micro universe”. Jelajahilah diri kita sendiri seperti menjelajahi angkasa, banyak hal yang bahkan diri kita belum tahu, dan begitu menemukan akan terdengar kata “OOoooooo yang panjang”. Saya menyimpulkan bahwa sang pelawak tengah mengalami degradasi diri dan mencurahkan isi hatinya kepada sang Sunan.

“Konon menurut ajaran Prabu Kresna kepada Harjuna”, di alam semesta ini ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang tidak akan dapat binasa yaitu “roh” dan Allah. Dalam konsep Bhagavad Gita, roh adalah satu dengan Allah, hal ini menurut saya pribadi tidak berbeda dengan Qur’an yang menyatakan bahwa Allah meniupkan roh kepada tubuh manusia yang kemudian menjadikannya hidup.

Perlu diketahui (sampingan) sekedar untuk pengetahuan bahasa Sanskrit bahwa nama Harjuna artinya “yang tidak akan lapuk” berasal dari nama pepohonan yang dulu tumbuh di India bernama pohon arjun.

Pengetahuan tentang Yang Sempurna hanya dapat diperoleh dengan keterbukaan hati dan pikiran, dan tiada akan ada habis-habisnya. Konon orang yang dapat mengenali rohnya sendiri maka dia mengenal Tuhan. Disaat seseorang berbincang-bincang dengan jiwanya sendiri, maka segala nafsu menjadi hilang sesaat, karena roh dari Yang Kuasa adalah murni tanpa nafsu, (nafsu itu sendiri datangnya dari pikiran dan sifat manusia).

Mengheningkan cipta, dalam sanskrit, cipta adalah pikiran, akal, kreasi. Saat itu diheningkan, disunyikan, tanpa ada kata-kata apapun dalam pikiran, disitulah sang roh berbicara, disitulah hati nurani muncul. mereka yang sering melakukan hal ini, nafsunya menjadi terkendali ( bukan hilang tapi diperkecil persentasi kebrutalannya). Disaat manusia hening pikirannya dalam kesendirian, disanalah manusia akan menemukan kebenaran dimana dirinya tidak dapat berbohong pada dirinya sendiri, disini pulalah “dapat” terjadinya “koreksi diri yang murni” ( itu kalau mau dengar kata hatinya, kalau tidak ya sudah.. )

Proses ini sudah dikenal dari jaman dahulu kala, di berbagai tempat dan berbagai kebudayaan dunia, bernama “Samadhi” atau bertapa(tasawuf). Bukan untuk mencari senjata sakti atau kekayaan, tapi mencari “sang roh” dimana seperti yang saya jelaskan diatas, roh dan Allah adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan baik menurut ajaran manapun.

Manusia dalam kehidupan diberi dua pilihan, negatif atau positif, sesuai hukum alam. Perusak atau Merawat, Jahat atau Baik, Benar atau Salah, Yin dan Yang, dalam filosofi China kuno,”Jangan berusaha jadi manusia yang jahat, jangan pula berusaha jadi manusia yang baik tapi jadilah manusia” (lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihan yang diberikan Yang Kuasa)

Jangan lupa alam semesta dalam diri kita dimana ada.. “sang roh” yang telah ditiupkan oleh Yang Maha Pencipta.

Dalam Suluk Kaderesan, Sunan Bonang menulis:

Jangan meninggikan diri
Berlindunglah kepada-Nya
Ketahuilah tempat sebenarnya jasad ialah roh
Jangan bertanya
Jangan memuja para nabi dan wali-wali
Jangan kau mengaku Tuhan.

Kita mesti sadar se sadar-sadarnya bahwa wujud kita, keberadaan kita ini adalah sebagai manusia, yang diciptakan oleh Allah SWT, Kadang manusia menjadi tinggi hati lantaran mengetahui sesuatu yang manusia lainnya tidak tahu ataupun memiliki sesuatu yang manusia lain tidak miliki (ilmu pengetahuan dan harta kekayaan). Allah Maha Tahu segalanya dan Maha Memiliki segalanya, pada tahap tertentu, manusia sering lupa.. termasuk diri saya hehehe. Bagian diri kita manusia yang paling inti adalah roh kita sendiri yang kelak akan mempertanggung-jawabkan segala perbuatan kita di muka bumi ini. Beliau juga mengingatkan kita bahwasanya, Nabi bukanlah Tuhan, tetapi dia adalah manusia yang dipilih oleh-Nya untuk menyampaikan hidayahNya. Beliau pun sebagai seorang wali juga memberikan contoh kebesaran hatinya dengan mengingatkan bahwasanya para wali pun adalah manusia, dimana manusia tidak akan luput dari kesalahan dan lain lain.

Dalam Suluk Ing Aewuh ia menyatakan:

Perkuat dirimu dengan ikhtiar dan amal
Teguhlah dalam sikap tak mementingkan dunia
Namun jangan jadikan pengetahuan rohani sebagai tujuan
Renungi dalam-dalam dirimu agar niatmu terkabul
Kau adalah pancaran kebenaran ilahi
Jalan terbaik ialah tidak mamandang selain Dia.

Beliau pun memberikan pelajaran bahwa janganlah jadikan kepentingan duniawi sebagai tujuan utama dalam hidup manusia, tapi juga jangan jadikan kepentingan rohani sebagai tujuan utama sehingga melupakan yang duniawi, hal ini dikarenakan kita masih menjadi manusia dengan daging, darah, dan tulang serta pikiran. Alangkah baiknya bilamana manusia itu dapat seimbang dalam menapak duniawi dan spiritual dalam waktu yang bersamaan. Apa yang kita lakukan dan perbuat, itulah yang menjadi tolak ukur: manusia seperti apakah kita ini?. Tidak dapat kita mencapai sebuah cita-cita bila hanya berdoa, juga tidak dapat kita mencapai sebuah cita-cita tanpa “restu” Yang Maha Kuasa.

3 komentar: